Oleh ; Rully Rahadian
SUARA JABAR NEWS,– Berita pagi ini cukup mengejutkan, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif wafat di DI Yogyakarta (DIY) pada Jumat (26/5) pagi.
Ketiga, sikap toleransi yang harus kita bangun dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kita mudah diterima di dalam kelompok manapun juga. Beliau sering mengingatkan agar kita selalu menghargai kepercayaan dan agama orang lain, suku, bangsa, dan klaster lainnya. Disinilah saya diajarkan sikap bagaimana menempatkan diri kita setara dengan manusia lainnya, serta memandang sebuah benang merah lintas antar hal-hal tersebut diatas, dilihat dari sisi kemanusiaan.
Hal inilah sebenarnya salah satu esensi ajaran Islam yang beliau tanamkan, dimana dalam masyarakat kita dan dunia terjadi krisis pemahaman, serta terjadi pembelokan persepsi tentang Islam. Yang beliau ajarkan adalah ajaran Nabi Muhammad yang toleran, lembut dan sabar, serta bagaimana menyikapi perbedaan yang ada menjadi sebuah harmoni yang indah. Jauh berbeda dengan apa yang sering dipersepsikan di dunia dan di Indonesia sendiri.
Keempat, mungkin karena beliau ahli sejarah, dan lulusan Master yang bergengsi dari Ohio University. Beliau mengajarkan agar kita memandang sebuah permasalahan secara integral, dimana kita harus bijak memandang persoalan menurut rentang waktu sejarah dari masa lalu, masa kini dan masa depan sebagai referensi, kemudian melihat berbagai aspek baik positif maupun negatif, sehingga kita mampu menentukan sikap dalam memberi solusi yang optimal.
Secara keseluruhan, saya melihat sosok yang luar biasa dari beliau. Beliau bukan hanya guru, namun lebih dari itu, beliau merupakan bapak bangsa.
Buya Syafii sebelumnya sempat dirawat RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Sabtu (14/5) lalu karena mengalami sesak nafas.
Sebelumnya pihak rumah sakit pada tanggal 17 Mei kemarin menyebut kondisi Buya Syafii sudah stabil. Namun ia masih memerlukan banyak istirahat. Tuhan berkehendak lain. Pagi ini beliau dipanggil untuk pulang menuju keabadian. Selamat jalan guruku, semoga tenang di sana, dan segala amal ibadah yang telah dilakukan selama ini kelak menjadi ladang pahala. Aamiin ya Rabbal Alamiin. (redaksi)
Penulis adalah pemerhati Budaya dan Teknologi