POLITIK

Geopolitik Asia Tenggara Ditenggarai Perang Hegemonik AS Vs Tiongkok

SJNews.com,- Jadi sorotan serius, Geopolitik Asia Tenggara di tengah perang hegemonik Amerika Serikat versus Tiongkok dibedah dalam seri diskusi geopolitik yang diselenggarakan Berdikari Online bersama dengan Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa untuk Demokrasi (EN-LMND) di Jakarta, 17 Mei 2024.

“Yang dikhawatirkan dunia Barat adalah bahwa success story China menginspirasi negara-negara lain. China membangun vitalitas peradaban bangsa dengan melihat kekuatan geografis, kultural budaya dan ilmu pengetahuan untuk dihidupkan sebagai tuntutan menyambut modernisasi saat ini.”
“Selain itu,”kata Hendrajit,”dalam konteks Asia Tenggara, ASEAN, harus mengenali kekuatan dan peluang, terutama Indonesia sendiri karena menjadi titik dari tiga peradaban baik itu China, Timur Tengah dan India. Dengan melihat Asean ada di posisi silang yang mempunyai banyak potensi besar, secara nir militer, Indonesia harus menyusun blue print dalam melihat pertarungan antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok,”ujar Hendrajit dalam closing statement

Harsen Roy Tampomuri dalam diskusi tersebut menyampaikan dampak perang China dan Amerika. Menurutnya, negara Asean akan diuntungkan oleh posisi dan menjadi episentrum dari penggerak ekonomi ke depannya; membuat kawasan Asean menjadi daerah tujuan investasi; membuat pertumbuhan ekonomi di region Asean yang pesat. Harsen Juga menegaskan kehadiran AS berpotensi mempengaruhi stabilitas kawasan.
“Amerika Serikat mencoba kembali membangun hubungan dengan Asia Tenggara, China juga demikian. Asia Tenggara terdampak tetapi bisa jadi penentu. Tetapi harus mewaspadai dengan perang proksi,” sebut Harsen.

BACA JUGA :   Bachtiar Simanjuntak Caleg DPRD Jawa Barat Dari PSI, Dapil Kota Depok - Bekasi, Tidak Obral Janji, Tapi Tepati Janji

Indonesia bisa berperan dalam menjaga perdamaian dunia dengan partisipasi aktif seperti dengan KAA, Non Blok, Deklarasi Djuanda, ASEAN, OKI dan Jakarta Informal Meeting,” imbuh Harsen.

Sementara Idil Syawfi yang hadir melalui zoom menyampaikan peta perluasan pengaruh China dalam dunia global. Ia berinvestasi di negara-negara dengan tujuan membangun koneksi yang pada intinya menjadi teman bagi negara-negara Asia. Amerika pun mencoba mengikuti China dengan memperluas pengaruhnya membangun aliansi sehingga Asia Tenggara berada di tengah-tengah.

“Strategi Indonesia sebagai middle power dalam menghadapi great power. Pertama, memastikan Indonesia bebas dari pengaruh di bawah negara mana pun. Kedua, memperkuat Asean, menurunkan tensi great power. Ketiga, memperkuat keamanan; kerjasama dengan Amerika, di sisi lain bekerja sama dengan China dalam hal ekonomi,” pungkas Idil.

Diskusi yang mengambil tema: “Asia Tenggara Sebagai Kunci Perdamaian atau Perang ?” tersebut bersifat hibrid dengan moderator diskusi Betran Sulani dan narasumber dengan berbagai latar belakang. Selain, Hendrajit Direktur Eksekutif Global Future Institute, Harsen Roy Tampomuri, Idil Syawfi dari kalangan akademisi, sedianya juga hadir Aris Heru Utomo Direktur Pengkajian Materi BPIP dan Virtuous Setyaka. Karena kendala teknis, tidak bisa menyampaikan materi. (**)

baca juga

Prabowo Subianto : Cawapres Pendampingnya Harus Amalkan Pancasila dan UUD ’45

Yeni

Heru BW MSi Han Pendiri Gerakan Regenerasi Nasional( ; Kepemimpinan Kaum Muda Akan Diuji

Yeni

3 Nama Bakal Capres 2024 Di Rekomendasi NasDem, Ada Ganjar Pranowo

Yeni