JAKARTA,SJNews.com,- Tak jauh lagi pemilihan Presiden 2024 sudah dekat, namun para calon kandidiat berupaya mencari dukungan, seperti Gubernur Jakarta Anies Baswedan bakal berpotensi terkena upaya pembingkaian (framing) mebdapat dukungan dari politik identitas.
Menurut analis politik yang tergabung dalam Forum Doktor Ilmu Politik UI, Reza Hariyadi, hal ini bisa dilihat belum lama ini sekelompok orang yang mengatasnamakan Anies sebagai Majelis Sang Presiden yang mengklaim terdiri dari eks anggota Hizbut Tahrir Indonesia, Front Pembela Islam hingga mantan napi terorisme, mendeklarasikan Anies sebagai capres 2024.
Secara politik, stigma-stigma tersebut tidak menguntungkan Anies Baswedan sebagai salah satu calon presiden (capres), yang belakangan makin gencar setelah mendapat dukungan dari Partai NasDem yang tengah di lirik olek PKS hanya menunggu waktu mendeklasi capresnya dan termasuk figur dengan elektabilitas tinggi untuk diusung pada pilpres 2024.
Adanya framing politik tersebut tentu akan membatasi ruang gerak Anies untuk meraih dukungan kelompok moderat dan nasionalis.
Pembingkaian politik identitas itu juga, disebutnya akan mereduksi demokrasi dan dapat memecah belah anak bangsa menjelang pilpres 2024, yang berdasarkan pengalaman, menunjukkan polarisasi politik berbasis politik identitas kondusif bagi konflik sosial dan memerlukan waktu panjang untuk pemulihan (recovery) sosial.
Namun, Reza juga yakin bahwa publik akan semakin kritis terhadap politik identitas dan akan melawan aktor-aktor yang menggerakkan politik identitas hanya untuk kepentingan kekuasaan semata.
“Anies juga perlu mempelopori politik bermartabat dan konsisten saja menjalankan program pro rakyat memecahkan masalah-masalah faktual di Jakarta yang sudah dilakukan selama menjadi gubernur DKI,” ucap Reza.
Untuk melawan stigmatisasi intoleran dan radikal itu sendiri, menurutnya, Anies punya modal besar, di mana dia lahir dan berpengalaman sebagai aktivis dari kampus yang dikenal sebagai corong moderasi di Indonesia.
Pengalaman sebagai aktivis dan latar belakang sebagai akademisi dari kampus yang mengembangkan pemikiran inklusif dan moderat dari Cak Nur (Nurcholish Madjid).
Semestinya dapat menegaskan pandangan dan komitmen Anies terhadap pluralisme dan kebangsaan, pubgkasnya.(Sumber)