DEPOK, SJNews.com, – Berkaitan dengan isu strategi pengembangan pembangunan di Kota Depok harus ada konsepsi dengan kebijakan yang Aplikatif dan terintergrasi.
Berikut disampaikan Hasbullah Rahmat anggota DPRD Jawa Barat Dapil Depok, kepada wartawan usai pertemuannya dengan relawan Ganjar Pranowo Cabang Kota Depok di Studio Alam, Cibinong, Sabtu (18/3/2023).
Menurutnya, penataan tata ruang kota Depok, baik infrastruktur struktur, jasa transportasi, pengangguran, pendidikan, Depok kota layak anak, pemasangan reklame tentu semuanya itu harus dengan kajian secara akademik,
Harapan di Pilpres 2024 nanti, tentunya kita harus bisa menaruh muatan dengan konsep yang diangkat oleh calon pemimpin negara sesuai visi dan misi, terang anggota DPRD Jawa Barat ini.
Hasbullah Rahmat yang biasa di sapa bang Has ini menyampaikan soal pendidikan, salah satu harapan kita adalah pengelolaan manajemen Nasional dengan sistem Zonasi pada PPDB.
Sebagai warga Depok, rumah tempat tinggal kita yang tentunya ukuwah silaturahmi ini harus kita jaga bersama, jangan sampai anak kita tidak bisa sekolah di wilayahnya sendiri, ujarnya.
Besar harapan saya, bahwa konsepsi yang konferensi ini bisa masuk didalam politik kebijakan di kota Depok. Idealnya memang pemerintah harus banyak melibatkan masyarakat steakholder agar kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kedepan tentu sifatnya kebijakan Aplikatif yang ditunggu oleh masyarakat.
Dan bagaimana kita mengukur kebijakan, tentu yang sifatnya partisipatif ketika tidak membukakan ruang untuk kelompok masyarakat salah satunya SGI untuk turut berpartisipasi untuk Depok kedepan yang lebih baik, tentu saya kira menjadi penting untuk menata kota yang lebih baik lagi kedepannya.
Soal adanya Perspektif tentang pengangguran, kemacetan, persampahan, tata kota, karena dinilainya sudah tidak elok lagi apabila masih ada kabel yang sembrawutan, malang melintang terpasang ditinggal. Seharusnya sudah terpasang dibawah tanah dengan sistem daping, karena selain aman juga Depok itu merupakan setingkat kota yang semestinya teratur rapih tata kotanya.
Seperti papan reklame, harusnya di tata rapih, baik ketinggian dan lebar plang besinya, lampu Penerangan nya, diwajibkan disetiap satu tiang bilboard yang besar harus terpasang perangkat CCTV dan terkoneksi dengan pemerintah yaitu oleh Dishub dan pihak kepolisian, sehingga kota Depok bisa terdeteksi 1×24 jam.
” Tidak hanya bisnis dapat uang dari reklame saja melainkan apa yang bisa disumbangkan ke kota Depok, tuturnya bang Has. .
Bang Has akui, bahwa jalan Margonda itu memang beda, ditengahnya itu gak usahlah segala ditembok, sebab orang tidak akan melintas apabila tanamannya sudah pada rimbun, dari pada ditembok mendingan dipadati dengan tanaman sehingga jadi hijau joyo royo seperti di Surabaya. Ditengah kotanya ada tanah untuk tanaman tidak ada pagar seperti di jalan Margonda termasuk tiang reklame ada yang 5 sampai 6 tiang tertancap di perempatan dan perkiraan, coba deh diperhatikan, ajak bang has.
Maraknya tiang besi yang sembrawutan juga menjadikan pekerjaan rumah tangga pemerintah terkait penataan kota.
Oleh sebab itu, pemerintah harus menyiapkan sarana utilitas untuk pengembangan Jaringan.
Seperti, penambahan jaringan PDAM setiap tiga bulan sekali pasti ada galian tanah, kenapa tidak menggunakan sistem daging saja, begitu juga jaringan PLN dan Telkomsel. kalau diterapkan sistem daging itu bisa dilakukan, jadi jika mau nambah berapa pun tinggal buka tutup aja dapingnya. maka kelihatan rapih dan aman, tidak sembrawutan seperti yang kita lihat saat ini.
Terkadang setelah di gali tanahnya, untuk merapihkan galian tersebut sering berantakan, gak rapih banget, apa lagi kalau hujan turun, ” kalau gak rapat ditutup bisa nyeblos dan jatuh”. Hal-hal seperti itu sebenarnya sangat ringan, karena sistem daping itu posisinya diletakan disamping jalan bukan di trotoar, sebutnya.
Ibarat membangun sebuah perumahan elit yang mewah konsepnya harus penuh kajian, katakanlah perumahan sumarecon, kalau kita masuk diperumahan tersebut, terlihat dari gerbang utama sampai ke belakang tidak ada terlihat tiang yang melintang atau yang sembrawutan, karena semua sudah dibawah tanah, Depok ini kan kota yang harus menunjukkan estetika keindahan tata kotanya yang terkoonfrehensip sebagai kota indah dipandang mata, siang dan malam.
Yang tak kalah penting lanjut bang Has, soal kemacetan di kota Depok juga menjadi faktor penting, saya kalau diamanatkan menjadi Walikota Depok, tentu saya akan mampu melakukan hal itu dan melibatkan kampus untuk melakukan kajian terlebih dahulu.
” Saya akan lakukan kajian secara akademik tentang sistem transportasi terpadu, autput dari kajian tersebut bisa dijadikan contoh yaitu, pelebaran jalan, bikin jalan baru meng konversi moda transportasi publik dari angkot ke bis tiga perempat.
Sebab, kata bang Has, Kota dimana – mana sudah ada moda transportasi, seperti di Bogor sudah punya atau kita bisa bikin monorel di 11 kecamatan dan jalan arteri Juanda itu yang menghubungkan jalan raya Bogor dan Margonda tembus ke Cinere, jalan tersebut tidak berkurang sedikit pun lahannya dan akhirnya di ambil alih oleh konsorsium tol, Itu pun investasi berani besar, karena dianggap ribuan mobil yang lewat dijalan tol tersebut.
Makanya dibangunnya jalan tol dari Jagorawi ke Cinere apa bedanya konsep dulu dengan yang sekarang ini, tanya bang Has.
Tetapi, kalau jalan arteri itu jadi dibangun dan rakyat tidak dipungut biaya serupiahpun.
” Meski ada pungutan biaya dari jalan Juanda, tapi disebelah jalan Juanda itu kan dibayar, maka dari itu, konsepnya harus terukur.
” Soal , kemacetan Ini pun menjadi problem kita, karena kita tidak membangun sistem koneksitas terpadu, jadi konsekuensinya mengatasi kemacetan adalah membangun jalan baru, pelebaran jalan lama atau meng konversi moda transportasi atau membuat jalan arteri Juanda diteruskan melingkar di 11 kecamatan, jadi ada solusinya dan konsepnya juga terukur, walau dilakukan selama 5 tahunan.
Akses Jalan tol juga terkadang menguraikan kemacetan, padahal kita sudah kunci dalam Peraturan daerah tentang tata ruang wilayah daerah jawa Barat, agar proyek strategis nasional (PSN) terkait jalan tol di Jawa Barat tidak boleh membangun akses hanya autnya saja, karena itu jalannya pendek.
Contohnya tol Cikampek itu mati ketika ada tol Cimahi, kita akan ada jalan tol baru dari Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Pangandaran, tapi kita sebagai anggota DPRD Provinsi juga wanti – wanti, agar jalan transit tol agar dilewati dijalan kota kota yang bersangkutan, kalau tidak dilewati nanti ekonominya mati dan tidak produktif lagi jalan di kota tersebut.
Seperti kasus Tol Cikampek dengan adanya tol Cipali sekitar jalan Cikampeknya mati ekonominya jadi lemah, karena di by pass oleh tol Cipali.
Kalau kita tidak, kita ingin, tol itu masuk ke Garut, Tasikmalaya, Ciamis Banjar dan Pangandaran, sehingga ekonomi, pariwisata yang dilewati trans tol itu akan tumbuh ekonominya dan jangan juga lupa bahwa tol itu, punya kepentingan untuk konsumen, keluar masuk tol.
” kita sudah kunci keluar dan masuk tol membangun akses jalan itu, harus paling sedikitnya 3 kilo meter “. ungkap dia.
Jika pemerintah kota Depok mau membangun tol di wilayah jalan raya Sawangkan, sudah harus ada pelebaran sepanjang 3 kilometer untuk akses keluar masuk kendaraan supaya bisa terurai dan tidak macet.
Jangan setelah keluar tol belok kiri keluar langsung kejebak macet, kalau itu tidak di Atasi maka jalan Sawangan tidak akan ada yang mau berinvestasi, karena tidak didukung oleh infrastruktur yang respentatif.
” Warga pengguna jalan tol kan butuh waktu, kalau saja pergi ke bandung tembus cuman 2 jam dan kalau ke Sawangan memakan waktu 3 jam itu kan jadi repot “, tandas bang has.
Menyoal jalur jalan fly over Arief Rahman Hakim arah jalan Nusantara dan ke jalan Dewi Sartika yang menggunakan jalur dua arah, sebelumnya di buat satu arah.
Ia katakan bahwa dengan terbangunnya underpass tentunya membantu kemacetan, toh kita juga tidak mematikan jalan untuk masyarakat, yang artinya dengan terbangun underpass masyarakat tertutup ekonominya.
Biasanya orang membangun fly over dan underpass pasti ekonomi sekitarnya pada mati, tapi jalan Dewi Sartika nya kan gak mati, karena jalan lingkarannya ada disamping jalan arteri.
Kalau jalan Arif Rahmat Hakim mau dikembalikan menjadi satu arah yah, silahkan, itulah kebijakan Dishub dengan Sat Lantas Polres kota Depok, pungkasnya. (Ben)